Bab 124
Bab 124
Bab 124 Membiarkan Eva Meninggal
Jena mulai menceritakan kejadian tersebut. “Pada waktu itu, Finno adalah seorang mahasiswa baru di kampusnya. Sebenarnya, keluarga Normando berencana untuk mengirimnya kuliah ke luar negeri, tapi dia memutuskan untuk tetap tinggal di negara ini demi pacarnya. Jika aku tidak. salah, namanya adalah Eva…”
“Eva Mahesa.” Vivin berseru.
Jena agak kaget. “Kamu tahu tentang gadis itu? Benar sekali! Namanya adalah Eva Mahesa. Mereka adalah pasangan yang serasi, dan aku rasa mereka adalah cinta pertama bagi satu sama. lain. Karena itulah, Finno memutuskan untuk tetap tinggal di sini demi dia.”
Vivin tiba-tiba teringat dengan foto yang ada di laci Fabian yaitu foto mereka berdua yang tersenyum ceria di masa mudanya. Mereka pastinya saling mencintai satu sama lain…. seperti halnya aku dan Fabian dulu….
“Di tahun pertama mereka kuliah, Finno dan Eva menyingkirkan para penjaga untuk bersenang- senang di sebuah kota kecil. Kota itu adalah lokasi dimana mereka diculik,”
“Mereka?” Vivin menyela Jena, “Maksudmu bukan hanya Finno yang diculik, tapi juga Eva?”
Dengan wajah serius, Jena mengangguk. “Benar sekali. Keluarga Normando telah menahan semua berita, jadi semua berpikir kalau hanya Finno yang jadi korban. Tidak ada seorangpun yang tahu tentang gadis malang itu sebenarnya juga telah menjadi korban.”
“Lalu apa yang terjadi selanjutnya?”
“Para penculik meminta tebusan yang sangat besar. Tuan besar Normando membayar tebusan itu untuk menyelamatkan cucunya. Bagaimanapun juga, mungkin Finno dan Eva pastinya sudah melihat
wajah para pelaku, akhirnya para penculik itu memutuskan untuk membunuh mereka. Para penculik lalu mengurung keduanya disebuah gudang dan mulai menyalakan api.”
Vivin mulai tegang. “Jadi Eva dibakar hidup-hidup? Hanya Finno yang berhasil kabur?”
“Sepertinya begitu.” Untuk beberapa alasan, wajah Jena menjadi muram. “Tapi menurut laporan kriminal yang disimpan oleh pihak kepolisian, aku menemukan bahwa Finno dan Eva diikat oleh para penculik. Finno berhasil membebaskan diri dan kabur dari gudang yang terbakar meskipun kakinya terluka. Bagaimanapun juga, ketika tubuh Eva ditemukan, dia telah ditinggalkan di dalam gudang, dengan seluruh badannya yang terikat.”
Wajah Vivin menjadi pucat. “Maksudmu…”
“Ya,” Jena menekankan suaranya, “Jujur saja, Finno sudah meninggalkan gadis itu di gudang yang terbakar demi menyelamatkan dirinya sendiri.”
“Tidak…” Vivin sontak berkata, “Finno bukanlah orang yang egois… Dia tidak akan pernah melakukan hal seperti itu…” Meskipun mereka belum lama menjalani hubungan dan lagi Finno terlihat sulit untuk didekati, Vivin dapat merasakan bahwa Finno adalah orang yang ramah dan
menyenangkan. Dia bukanlah seorang pria yang akan tega membiarkan pacarnya meninggal
sendirian.
Sesuai dengan dugaannya Vivin membela Finno, Jena melihatnya dan mendesah. “Vin, kamu tahu kan mereka para keturunan darah biru itu lebih takut untuk mati daripada kita yang hanya rakyat biasa. Hal itu normal baginya untuk meninggalkan pacarnya karena dia sudah terluka, jangan bilang kalau dia masih muda ketika insiden itu terjadi.”
Vivin terdiam sambil menggigit bibirnya.
“Ini semua yang aku ketahui karena keluarga Normando melarang media untuk menyelidiki kasus tersebut. Aku tidak pernah bermaksud untuk menceritakan hal ini padamu, tapi aku rasa semua itu tidak penting lagi karena kamu sudah menikah dengan Finno. Aku mungkin terlalu berlebihan. Tapi jujur aku pikir seorang pria yang bahkan tidak mencoba untuk menyelamatkan pacarnya dari kematian tidaklah pantas untuk kamu percayai.” Jena menggenggam tangan Vivin sambil melanjutkan, “Kamu adalah wanita baik-baik, dan aku tidak ingin kamu terluka. Jangan berharap terlalu tinggi pada Finno, atau kamu mungkin akan kecewa nantinya. Kamu hanya dapat mengandalkan dirimu sendiri.”
Vivin mengerti bahwa nasihat dari Jena memang tulus dari hatinya, tapi ia masih segan untuk menyalahkan Finno. Ia lalu tersenyum dan berkata, “Jena, terima kasih kamu sudah menceritakan semua ini, tapi aku tidak percaya Finno akan melakukan hal seperti itu.”
Jena khawatir melihat Vivin yang begitu keras kepala. “Apakah kamu sudah dibutakan oleh Finno? Vin, dengarkan aku. Semua pria kaya itu sejatinya adalah pria yang angkuh, dan kamu tidak pernah dapat mengandalkan ataupun mempercayai mereka.”