Chapter 27
Chapter 27
Bab 27 Pria gemuk ini adalah Thompson West, sepupu Alan. Dia yang bertanggung jawab atas bagian keamanan. Biasanya di rumah sakit dia juga merajalela dan mendominasi dan sering melakukan hal-hal seperti menindas dan menganiaya perawat muda. Menurutnya, setelah bekerja di sini selama beberapa tahun, dia telah meniduri beberapa perawat setiap tahun dan dia sudah dianggap sebagai preman di lingkungan itu. “Thompson sudah datang kesini, Reva pasti dianiaya!” “Reva pantas mendapatkannya. Beraninya dia memperlakukan Alan seperti itu?” “Yah, siapa yang tidak tahu bahwa ayah Alan adalah wakil presiden rumah sakit ini. Berani sekali dia mengganggunya?” “Kadang – kadang ada orang yang jika tidak diberikan sedikit pelajara, mereka tidak akan pernah tahu dimana langit dijunjung bumi dipijak.” Semua orang di sekitar berbisik dan mereka semua memandang Reva dengan tatapan mengejek. Kali ini, habislah Reva! Alan yang merasa didukung segera berdiri dengan tegak dan menunjuk Reva sambil memarahinya: “Dialah orangnya! Hanya bajingan ini yang berani memukul aku. Cepat kau bunuh dia untukku!” Thompson berkata dengan marah: “Brengsek, hanya orang sepertimu pun berani memukul sepupuku?” Reva: “Aku tidak memukulnya. Dia yang memukulku dan secara tidak sengaja jatuh. Mengapa kau malah menyalahkanku?” “Persetan dengan ibumu!” Alan berkata dengan marah, “Jika kau tidak mundur selangkah apakah aku akan jatuh?” Reva mengerutkan kening: “Jika seperti yang kau katakan, maka jika kau mau memukulku, aku tak boleh mundur?”
“Hehh, memangnya siapa dirimu? Aku memukulmu karena aku menghormatimu dan kau masih berani menolaknya? “Alan terlihat sangat marah: “Thompson, tak perlu bicara omong kosong dengannya, beri dia pelajaran!” Thompson melirik Reva dan berkata: “Kau dengar tidak? Sepupuku memintaku untuk membunuhmu. Tetapi jika kau bersedia berlutut di sini dan meminta maaf kepada sepupuku maka aku hanya akan mematahkan satu kakimu!” Reva: “Tidak mungkin!” “Kalau begitu kau pergi mati saja!” Thompson meraung dan menendang.
Reva berbalik ke samping untuk menghindar dan pada saat yang sama menendang pinggang Thompson. Reva yang telah mempelajari seni penciptaan kekuatannya meningkat pesat. Tendangan ini langsung membuat Thompson terpental keluar, menabrak dinding dan jatuh ke lantai. “Persetan, beraninya kau melawan!” Thompson meraung: “Bunuh dia sampai mati untukku!” Sekelompok orang bergegas dan menyerang Reva dengan ganas. Dulu ketika dia menjadi petugas kebersihan di rumah sakit Reva sering diganggu oleh mereka. Jadi sekarang pun dia tidak akan segan – segan memberikan mereka pelajaran. Reva segera membuat lusinan orang itu jatuh ke lantai dan mengaduh kesakitan. Semua orang di sekitar sana tercengang. Tadinya mereka mengira Reva akan cacat. Tetapi siapa sangka hasilnya malah berlawanan dengan dugaan mereka. Tentu saja, ada juga banyak orang yang diam-diam bertepuk tangan. Di rumah sakit ini sudah terlalu banyak orang yang di ganggu oleh Thompson. Tetapi ada beberapa orang yang bergegas ke atas untuk mencari pemimpin rumah sakit ini. Tidak butuh waktu lama bagi Ronny West, ayah Alan, untuk turun. Dia adalah wakil presiden rumah sakit ini “Beraninya kau memukul seseorang di rumah sakit!” Ronny meraung: “Kau anggap apa rumah sakit ini? Pengawal, panggil polisi dan tangkap dia!”
Beberapa pengawal disitu segera mengeluarkan ponsel mereka untuk memanggil polisi. Tetapi pada saat ini ada sebuah Rolls-Royce yang tiba-tiba melaju ke pintu rumah sakit. Ronny melirik plat nomor mobil itu dan wajahnya langsung bersemangat. Dia segera berlari ke arah mobil itu. “Dokter Tanaka, angin apa yang meniupmu sampai kesini!” kata Ronny sambil menyanjungnya. Orang yang datang adalah dokter Tanaka. Semua orang yang ada di ruangan itu langsung terlihat bersemangat. Nama dokter Tanaka sudah sangat terkenal di dunia medis di kota Carson. Bahkan direktur rumah sakit besar itu pun masih harus memberi hormat kepadanya ketika mereka melihat dokter Tanaka apalagi rumah sakit kecil seperti mereka. Dokter Tanaka bahkan tidak melihat ke arah Ronny. Dia berjalan ke aula rumah sakit dengan tangan di belakang punggungnya. Di depan mata semua orang, dia dengan terburu-buru berjalan mendekati Reva, membungkuk dan menangkupkan tangannya: “Halo, tuan Lee!” Kali ini, semua orang di ruangan itu tampak tercengang. Orang yang berpengaruh seperti dokter Tanaka bahkan terlihat segan terhadap Reva? Apa yang sedang terjadi disini? “Dokter Tanaka, apakah kau telah salah mengenali orang?” Ronny berkata dengan cemas: “Dia hanyalah seorang petugas kebersihan di rumah sakit kami …” Dokter Tanaka berkata dengan tidak senang, “Apakah menurutmu mata lelaki tua ini sudah rabun?” “Bukan …” jawab Ronny sangat ketakutan sehingga dia buru-buru berkata, “dokter Tanaka, aku … aku …” “Pergi!”Ujar dokter Tanaka dengan marah. Wajah Ronny tampak pucat dan dia dengan cepat minggir ke samping Dokter Tanaka membungkukkan tangannya: “Tuan Lee, aku telah berbicara dengan direktur rumah sakit ini. Mulai sekarang, anda adalah direktur departemen unit darurat!” Semua orang bingung, direktur departemen darurat? Benarkah ini?
Reva hanyalah seorang pembersih! Sebenarnya, ini adalah permintaan Reva sendiri. Jika dia ingin melatih keterampilan medisnya maka dia harus pergi ke tempat seperti unit gawat darurat, tempat di mana dia bisa melihat banyak pasien. “Dokter Tanaka, aku khawatir aku tidak akan bisa pergi ke unit gawat darurat!” Reva menghela nafas, “Aku sudah dipecat!” “Apa?” Reva: “Bukan hanya itu, tetapi mereka akan memukuli aku sekarang. Aku tadi mengelak beberapa kali sehingga menyebabkan mereka sedikit terluka. Mereka akan memanggil polisi dan menangkapku, jadi aku rasa aku akan masuk penjara!” “Lancang!” dokter Tanaka berteriak dengan marah: “Siapa yang berani memukul tuan Lee dan berani memasukkan tuan Lee ke penjara!” Semua orang memandang Ronny dan putranya. Wajah Ronny tampak semakin pucat: “Dokter Tanaka, kau sudah salah paham. Dia … Dia membuat masalah di rumah sakit ini. Lihat anakku, mereka terluka …” Alan juga segera berkata: “Ya, dokter Tanaka. Semua orang yang hadir dapat bersaksi bahwa kami tidak melakukan apa-apa tetapi dialah yang memukuli kami!” Sambil mengatakan itu, Alan mengedipkan mata pada orang di sebelahnya. Beberapa dari mereka mengerti dan segera berkata: “Ya, dokter Tanaka, kami dapat bersaksi bahwa Reva yang memukuli orang!” “Bersaksi untuk ibumu!” dokter Tanak memarahi: “Kalian kira aku sudah tua dan linglung? Selusin orang terluka dan dia berkata Reva memukul mereka sendirian? Apakah kalian semua seperti sedang membohongi anak kemarin sore?” “Lagi pula, apa yang salah jika tuan Lee memukulmu? Kalian masih berani mengatakan mau membuat tuan Lee masuk penjara? Oke, mari, mnari, kalian bisa memanggil polisi. Aku ingin melihat siapa yang di penjara!” Ronny dan yang lainnya tampak pucat pasi. Mereka tidak menyangka bahwa dokter Tanaka akan
sepenuhnya mendukung Reva seperti ini. “Kenapa? Tidak ada yang mau memanggil polisi? “Dokter Tanaka menatap mereka satu per satu: “Jika kau tidak mau melaporkannya, aku yang akan melaporkannya. Febri, panggil pengacara Soo. Oh yah, sekalian kau panggil polisi juga dan minta mereka untuk menangkap orang disini!” Ronnya tampak begitu ketakutan seperti tikus yang terjebak saja. Dia dengan cepat berkata: “Dokter Tanaka, tenanglah, jangan marah. Ini … ini semua hanya hal sepele, mengapa kau harus marah seperti…” “Diam kau! Siapakah dirimu? Punya hak apa kau berbicara denganku!” Dokter Tanaka mengoceh dengan marah. Tidak lama kemudian, sekelompok polisi datang dan menangkap Thompson beserta yang lainnya. Pengacara Soo mengikuti secara langsung dan Reva bahkan tidak perlu membuat transkrip. Pengacara Soo mengambil video pengawasan dari rumah sakit yang dapat membuktikan segalanya. Lebih dari selusin orang menyerang Reva sendirian dan sudah jelas Reva hanya berupaya untuk melindungi dirinya saja. Reva sudah pasti tak akan ada masalah tetapi Thompson dan yang lainnya akan mendapat masalah kali ini. Setelah masalah diselesaikan, Reva juga duduk di unit gawat darurat. Alan tadi tidak dibawa pergi jadi dia melarikan diri. Tapi dia masih merasa tidak puas. Dia bersembunyi di kantor Ronny dan mengeluh, “Reva ini hanyalah seorang petugas pembersih. Dan sekarang dia malah menjadi direktur departemen unit darurat? Apakah dapat memeriksa dan merawat pasien?” Ronny: “Sudahlah kau jangan terlalu emosi lagi. Aku pikir sangat baik baginya untuk pergi ke ruang gawat darurat!” “Apa maksudmu?” tanya Alan dengan terkejut. Ronny mencibir: “Ruang gawat darurat adalah tempat yang paling rentan terhadap kecelakaan. Jika ada beberapa kecelakaan medis yang tak sengaja terjadi, mampukah dia menanggung kesalahannya?
Dia tidak mengerti tentang keterampilan medis tetapi malah ditugaskan di tempat semacam itu. Bukankah sama saja dengan mencari mati?”
Next Chapter